Oleh : Ahmad Rizal
Meski
Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang
kini ‘menyapa’ kita, di bawah ini akan diuraikan beberapa kekeliruan umum yang
sering dilakukan orang-orang selama bulan ramadhan.
Hanya orang yang tidak
tahu dan enggan saja yang tidak segera bergegas menyambut bulan suci ini dalam
arti yang sebenarnya, lahir maupun batin. “Berapa
banyak orang yang berpuasa (tapi) tak memperoleh apa-apa dari puasanya selain
rasa lapar dan dahaga belaka”. (HR. Ibnu Majah & Nasa’i).
Namun,
setiap kali usai kita menunaikan ibadah shiyam, nampaknya terasa ada saja yang
kurang sempurna dalam pelaksanaannya, semoga poin-poin kesalahan yang seringkali masih terulang dan
menghinggapi sebagian besar umat ini dapat memberi kita arahan dan panduan agar
puasa kita tahun ini, lebih baik dan bermakna.
1.
Merasa sedih, malas dan tak brgairah menyambut bulan
Ramadhan.
Seringkali
perasaan malas menyergap mereka yang enggan
menahan rasa payah dan penat selama berpuasa. Mereka beranggapan bahwa puasa
identik dengan istirahat, sehingga hal ini berefek pada produktifitas kerja
yang cenderung menurun. Padahal puasa mendidik kita untuk lebih memiliki daya
tahan yang kuat. Semoga hal ini menjadi kata motivasi untuk kita semua, agar
tidak bermental loyo dan malas serta tidak berlindung dibalik kata “Aku sedang
puasa”.
2.
Berpuasa tapi enggan melaksanakan shalat fardhu.
Banyak
yang beranggapan bahwa Ramadhan cukup dijalani dengan puasa semata, tanpa mau
mengiringinya dengan ibadah shalat fardhu. Padahal puasa dan shalat termasuk
rangkaian yang tidak bisa dipisahkan (rukun Islam).
3.
Berlebih-lebihan dan boros dalam menyiapkan dan menyantap
hidangan berbuka serta sahur.
Hal
tersebut seringkali dialami oleh sekian banyak umat manusia. Kendati telah
berpuluh-puluh kali menjalankan puasa di bulan Ramadhan, tetapi anggapan banyak
orang tentang ibadah puasa tidak berubah. Banyak yang beranggapan bahwa saat
berbuka adalah saat “balas dendam” atas sgala keterkekangan yang melilit selama ± 12 jam.
4.
Berpuasa tapi juga melakukan maksiat.
Dalam
Islam, ibadah puasa membatasi kita bukan hanya dari aktifitas yang diharamkan,
tetapi juga membatasi kita terhadap hal-hal yang dihalalkan selama di luar
Ramadhan, seperti makan, minum, berhubungan suami istri di siang hari. Jika
yang halal saja kita dibatasi, apalagi yang haram, jelas lebih
dilarang. Seperti menggunjing orang, mengumbar air orang (ngerumpi), mencuri,
berkata bohong atau berdusta, membuka aurat di
depan umum, melihat aurat lawan jenis yang bukan mahram. Dll.
5.
Masih tidak merasa malu membuka aurat (khusus wanita
muslimah).
Sebenarnya
momen Ramadhan bila dijalani dengan segala kerendahan hati, akan mampu
menyingkap hijab ketinggian hati dan kesombongan sehingga seseorang muslimah
akan mampu menerima segala tuntunan dan tuntutan agama dengan hati yang lapang.
Saat Ramadhan serba tertutup, saat lepas Ramadhan, lepas pula jilbabnya, ini
sebuah pemahaman agama yang setengah-setengah.
6.
Menghabiskan waktu siang hari dg tidur berlebihan.
Barang
kali hal ini akbiat dari pemahaman hadits Rasul “Tidurnya orang yang berpuasa
adalah ibadah”. Memang selintas perilaku tidur disiang hari adalah sah, namun
tidur yang bagaimana yang dimaksud oleh hadits di atas? Tentu bukan sekedar
tidur yang ditujukan hanya untuk menghabiskan waktu, menunggu waktu berbuka,
atau sekedar bermalasan. Aktifitas tidur akan berpahala jika : Tidurnya akbiat
kelelahan fisik kita setelah mencari rezeki halal atau diniatkan untuk
persiapan menghidupkan saat malam hari dengan ibadah. Dan tentunya untuk
menghindari aktifitas yang dikhawatirkan akan melanggar rambu-rambu ibadah
Ramadhan, semisal menggunjing, jalan-jalan untuk cuci mata, mencuri dsb.
7.
Meninggalkan shalat tarawih tanpa halangan.
Shalat
tarawih adalah ibadah sunah, tetapi bila kita kaji secara dalam, niscaya kita
akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadhan minus shalat
tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan sunah ini diganjar
sama seperti amalan wajib.
8.
Sering meninggalkan shalat fardhu secara berjamaah tanpa
halangan (terutama laki-laki).
Hukum
shalat fardhu secara berjamaah dikalangan para ulama adalah fardhu kifayah,
bahkan ada yang berpendapat bahwa
hukumnya adalah fardhu ‘ain, berdasarkan kisah Rasulullah yang ingin membakar
rumah kaum muslimin yang tidak berjamaah di masjid, sebagai sebuah ungkapan
atas kekecewaan beliau terhadap kaum
muslimin yang enggan pergi ke masjid.
9. Lebih sibuk
memikirkan persiapan hari raya daripada amalan puasa.
Banyak
yang sibuk tentang apa yang akan dipakai di hari raya dibanding memikirkan
apakah puasanya pada tahun ini diterima Allah atau tidak. Pada hari-hari puncak
Ramadhan, banyak yang lebih sibuk berbelanja ini dan itu, puasa yang bermakna
menahan diri, justru membongkar jati diri mereka
yang sebenarnya, pribadi-pribadi “produk Ramadhan” yang begitu konsumtif,
memborong apa saja yang mereka mampu beli. Tak terasa ratusan ribu bahkan
jutaan rupiah mengalir begitu saja, padahal di luar Ramadhan belum tentu mereka
lakukan. Sehingga perilaku hemat yang seharusnya dilakukan di bulan Ramadhan tidak
dilakukan karena perilaku boros selama bulan Ramadhan. semoga
sentilan yang menyatakan orang Islam
tidak konsisten dengan agamanya, karena bulan Ramadhan yang seharusnya
bersemangat menahan diri dan berbagi, ternyata malah memupuk semangat terhadap
hal-hal yang kurang bermanfaat dan cenderung boros.
Uraian di atas
merupakan kesalahan umum yang sering dilakukan umat manusia selama bulan
Ramadhan. Dari uraian di atas mungkin
masih terdapat kekeliruan lainya seperti, semakin jarang membaca Al Qur’an,
semakin jarang bersedekah, tidak tertarik memburu malam Lailatul Qadar dll.
Semoga Allah selalu menganugerahi kita dengan rahmat-Nya, sehingga mampu
menghindari kesalahan-kesalahan yang seringkali menghinggapi mayoritas umat Islam.
Amin.Sehingga
pada Raamdhan tahun ini kita bisa menjalaninya dengan lebih baik dari
Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Amin.