Friends

Keblinger

Keblinger

Berilmu Amaliah dan Beramal Ilmiah


BERILMU AMALIAH DAN BERAMAL ILMIAH
Oleh : Misbachul Munir (PC IMM Sampit)

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan Memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,”aka berdirilah, niscaya Allah akan Mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah : 11)

Dalam tafsir Ibnu Abbas menjelaskan bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas yang kisahnya terdapat dalam surah al-Hujurāt. Ada yang berpendapat, ayat ini diturunkan berhubungan dengan beberapa orang ahli Badr (shahabat yang ikut serta dalam perang Badr), di antaranya Tsabit bin Qais bin Syamms yang datang menemui Nabi saw. ketika beliau sedang duduk di rumah Shafiyyah pada hari Jum‘at. Tetapi para ahli Badr itu tidak mendapatkan tempat duduk, hingga akhirnya mereka berdiri di depan majelis. Melihat hal itu, Nabi saw. berkata kepada orang-orang yang bukan ahli Badr, hai fulan, pindahlah dari tempatmu agar para ahli Badr itu bisa duduk. Nabi saw. sangat memuliakan ahli Badar. Nabi saw. pun mengetahui kalau orang-orang yang disuruhnya pindah itu merasa tidak senang. Sekaitan dengan kejadian itulah Allah Ta‘ala Menurunkan ayat tersebut.

Orang-orang yang dianugerahi iman dan ilmu mendapatkan beberapa keutamaan di dalam surga mengungguli derajat orang-orang yang diberi iman tanpa ilmu. Sebab seorang mukmin yang berilmu lebih utama daripada orang mukmin yang tak berilmu. Karna Allah mengetahui apa yang kita perbuat, yakni kebaikan dan keburukan yang kita lakukan.

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami Buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.” (QS Al Ankabut : 43)
Allah sangat mengistimewakan orang-orang yang beriman dan berilmu dibandingkan dengan orang-orang yang beriman dan tidak berilmu, bahkan dalam ayat di atas Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dibandingkan dengan orang-orang yang beriman dan tidak berilmu.

Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap mukmin. Terutama ilmu agama. Seperti yang dikatakan Ibnu Abbas “Jadilah kamu semua itu golongan Rabbani, yaitu (golongn yang) penuh kjesabaran serta pandai dalm ilmu fiqih (yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hokum-hukum agama) dan mengerti. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud “Rabbani” ialah orang yang mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil/ringan sbelum memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar).

Tidak hanya sekedar menuntut ilmu, tetapi juga berkewajiban untuk menyebarkan (mengamalkan) ilmu yang telah didapat. “Sampaikanlah dariku walau satu ayat” (HR. Bukhari). “Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan, tentang ilmunya dalam hal apa ia kerjakan denganya, tentang hartanya dari  mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya dalam hal apa ia gunakan” (HR. Tirmidzi).  Bahkan dalam riwayat Thabrani dan Al Bazzar menjelaskan bahwa : “….. dan tentang ilmunya apa yang diamalkanya dari ilmu tersebut.”

Ada yang mengatakan bahwa ilmu tanpa amal adalah cacat. Ada juga yang mengatakan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah. Artinya ilmu tersebut tidak akan berguna, tidak ada manfaatnya karena ilmu yang dia peroleh/miliki hanya untuk dirinya sendiri dan tidak dibagikan kepada orang lain, maka rasul sangat membenci seseorang yang mengetahui kebenaran (ilmu) sedang itu sangat bermanfaat tetapi orang tersebut tidak mau mengamalkan atau bahkan tidak mau berbagi dengan orang lain. 

Pengetahuan (ilmu) yang kita peroleh harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk orang-orang disekitar kita. Karena hakikatnya ilmu yang kita peroleh harus kita amalkan. Bahkan setelah kita meninggal ada tiga hal yang tidak akan putus pahalanya kepada kita, salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Bermanfaat artinya untuk diri kita sendiri, dan orang-orang disekitar kita (mengamalkan). Lalu bagaimana bila orang yang berilmu tetapi tidak mau mengamalkanya, apakah pahalanya akan terus mengalir kepada orang tersebut ? tentu tidak ! karena ilmu yang dimiliki tidak diamalkan, sedangkan syarat pahalanya akan terus mengalir adalah ketika ilmu itu bermanfaat, yaitu bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Maka tujuan dari mempelajari ilmu adalah untuk beramal dengan sungguh-sungguh dalam menerapkanya. Allah menghendaki orang-orang yang berakal dan bagi mereka kebaikan di dunia dan akhirat. Amin…

Maka dari itu ilmu harus amaliah. Artinya harus kita amalkan, harus kita terapkan, harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya karenanya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang tidak berilmu. Dan kepadanya Allah akan memberikan baginya kebaikan di dunia dan akhirat. Insya Allah.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti amal adalah perbuatan (baik/buruk) yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesame manusia. Sedangkan ilmiah yaitu besifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) Ilmu pengetahuan.

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja dari mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah : 62)
Dan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah : 82)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhanya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al Baqarah : 277)

Dalam tafsir Ibnu Abbas menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Musa As dan semua Nabi, mereka akan mendapat pahala dari Rabb mereka di dalam surga. Menurut satu pen dapat, mereka tidak akan merasa takut menghadapi azab yang akan datang dan mereka tidak bersedih atas semua yang mereka tinggalkan. Menurut yang lainya, mereka tidak merasa takut manakala al-maut disembelih dan tidak pula mereka berduka manakala neraka ditutup. seseorang yang beriman lalu beramal saleh, mereka adalah penghuni surga dan akan kekal di dalamnya. Mereka tidak akan mati dan tidak akan keluar darinya.

Telah di jelaskan di atas bahwa ilmu harus amaliah dan amal harus ilmiah. Artinya sebuah ilmu harus kita amalkan, harus kita terapkan, harus kita manfaatkan dengan sebaiknya, agar ilmu tersebut bisa bermanfaat dan menjadi ladang amal ketika kita kembali menghadap-Nya. Sedangkan amal itu harus ilmiah, bersifat ilmu, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pe ngetahuan. Artinya amal yang kita lakukan itu harus berdasarkan ilmu dan sesuai dengan kebenaran, mempunyai dasar/landasan kenapa kita mengamalkan hal tersebut.

Di atas juga telah dijelaskan bahwa jika ilmu itu tanpa amal maka cacat sedangkan amal tanpa ilmu itu buta. Tak salah jika ilmu itu tidak amalkan maka tidak akan ada manfaatnya melainkan hanya untuk diri sendiri dan tidak untuk orang lain. Sedangkan amal yang kita kerjakan tetapi tidak dilandaskan pada ilmu pengetahuan atau dasar yang jelas, maka tidak akan berjalan seperti apa yang telah dituntunkan oleh Rasulullah saw. Karena Rasul adalah sebaik-baiknya suri tauladan bagi kita, maka apa yang telah beliau contohkan mari kita kerjakan dengan sebenar-benarnya dan apa yang telah beliau contohnkan lebih  baik ditinggalkan.

Karena dalam hal ilmu agama jelas bahwa imu Rasul telah sempurna. Artinya pas, tidak kurang atau lebih. Jika memang itu penting dan harus dikerjakan oleh umat manusia sudah jelas beliau akan mengajarkan kepada kita, tetapi kalau hal tersebut tidak harus dikerjakan oleh umat manusia sudah pasti beliau tidak akan mengajarkanya kepada kita. “Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai islam jadi agama bagimu” .(Al Maidah : 3)

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat terbesar dari berbagai nikmat yang Allah berikan kepada umat ini. Yaitu Allah telah menyempurnakan utk mereka agama mereka, sehingga mereka tak membutuhkan agama yang lain & juga tak membutuhkan nabi selain nabi mereka, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itulah, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi & menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada seluruh manusia & jin. Maka tak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya & tak ada yang haram selain apa yang diharamkannya serta tak ada agama yang benar kecuali agama yang disyari’atkannya.”

Imam Malik bin Anas berkata, “Barangsiapa yang mengadakan suatu bid’ah dalam Islam yang ia pandang hal itu baik (bid’ah hasanah), maka sungguh dia telah menuduh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhianati risalah agama ini. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah berfirman: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama-mu untukmu…” (Imam Malik rahimahullah selanjutnya berkata), “Maka sesuatu yang pada hari itu bukanlah ajaran agama, maka hari ini pun sesuatu itu bukanlah ajaran agama”.

Maka dari itu kita sebagai umat manusia sudah selayaknya mengamalkan ilmu yang kita miliki serta sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw, sesuai dengan apa yang telah beliau ajarkan, karena sebaik-baiknya kebaikan adalah apa yang telah beliau contohkan, begitu juga sebaliknya. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang mencontoh beliau, baik dalam perbuatan dan perkataan. Karena perkataan, perbuatan bahkan diamnya beliau adalah sebuah kebaikan. Mudah-mudahan kita juga mengakui beliau sebagai Nabi dan Rasul kita, tidak hanya itu semoga kita diakui beliau sebagai umatnya serta mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Amin…

Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) adalah slogan yang tidak hanya slogan akan tetapi sudah seharusnya kita laksanakan. Jangan lupakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, karena hal tersebut merupakan arah pergerakan dari persyarikatan. Janganlah mengejar duniawi akrna ada kehidupan yang kekal setelahnya. Janganlah mencari pujian dari manusia karna ada hal yang lebih penting yaitu mengejar Ridho-Nya. Sesuatu hal yang kita kerjakan sesuai dengan syariat dan ikhlas karna mengharap Ridho-Nya, Insya Allah akan mendapat balasan yang belipat ganda dari-Nya pula. Semoga kita termasuk umat manusia yang mendapatkan kenikmatan di dunia dan akhirat. Amin Ya Rabb