Friends

Keblinger

Keblinger

05. Kekeliruan Umum Selama Ramadhan

KEKELIRUAN UMUM SELAMA RAMADHAN
Oleh : Ahmad Rizal

Meski Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang kini ‘menyapa’ kita, di bawah ini akan diuraikan beberapa kekeliruan umum yang sering dilakukan orang-orang selama bulan ramadhan.

Hanya orang yang tidak tahu dan enggan saja yang tidak segera bergegas menyambut bulan suci ini dalam arti yang sebenarnya, lahir maupun batin. “Berapa banyak orang yang berpuasa (tapi) tak memperoleh apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga belaka”. (HR. Ibnu Majah & Nasa’i).

Namun, setiap kali usai kita menunaikan ibadah shiyam, nampaknya terasa ada saja yang kurang sempurna dalam pelaksanaannya, semoga poin-poin kesalahan yang seringkali masih terulang dan menghinggapi sebagian besar umat ini dapat memberi kita arahan dan panduan agar puasa kita tahun ini, lebih baik dan bermakna.

1.  Merasa sedih, malas dan tak brgairah menyambut bulan Ramadhan.
Seringkali perasaan malas menyergap mereka yang enggan menahan rasa payah dan penat selama berpuasa. Mereka beranggapan bahwa puasa identik dengan istirahat, sehingga hal ini berefek pada produktifitas kerja yang cenderung menurun. Padahal puasa mendidik kita untuk lebih memiliki daya tahan yang kuat. Semoga hal ini menjadi kata motivasi untuk kita semua, agar tidak bermental loyo dan malas serta tidak berlindung dibalik kata “Aku sedang puasa”.

2.  Berpuasa tapi enggan melaksanakan shalat fardhu.
Banyak yang beranggapan bahwa Ramadhan cukup dijalani dengan puasa semata, tanpa mau mengiringinya dengan ibadah shalat fardhu. Padahal puasa dan shalat termasuk rangkaian yang tidak bisa dipisahkan (rukun Islam). 

3.  Berlebih-lebihan dan boros dalam menyiapkan dan menyantap hidangan berbuka serta sahur.
Hal tersebut seringkali dialami oleh sekian banyak umat manusia. Kendati telah berpuluh-puluh kali menjalankan puasa di bulan Ramadhan, tetapi anggapan banyak orang tentang ibadah puasa tidak berubah. Banyak yang beranggapan bahwa saat berbuka adalah saat “balas dendam” atas sgala keterkekangan  yang melilit selama ± 12 jam.

4.  Berpuasa tapi juga melakukan maksiat.
Dalam Islam, ibadah puasa membatasi kita bukan hanya dari aktifitas yang diharamkan, tetapi juga membatasi kita terhadap hal-hal yang dihalalkan selama di luar Ramadhan, seperti makan, minum, berhubungan suami istri di siang hari. Jika yang halal saja kita dibatasi, apalagi yang haram, jelas lebih dilarang. Seperti menggunjing orang, mengumbar air orang (ngerumpi), mencuri, berkata bohong atau berdusta, membuka aurat di depan umum, melihat aurat lawan jenis yang bukan mahram. Dll. 

5.  Masih tidak merasa malu membuka aurat (khusus wanita muslimah).
Sebenarnya momen Ramadhan bila dijalani dengan segala kerendahan hati, akan mampu menyingkap hijab ketinggian hati dan kesombongan sehingga seseorang muslimah akan mampu menerima segala tuntunan dan tuntutan agama dengan hati yang lapang. Saat Ramadhan serba tertutup, saat lepas Ramadhan, lepas pula jilbabnya, ini sebuah pemahaman agama yang setengah-setengah.

6.  Menghabiskan waktu siang hari dg tidur berlebihan.
Barang kali hal ini akbiat dari pemahaman hadits Rasul “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Memang selintas perilaku tidur disiang hari adalah sah, namun tidur yang bagaimana yang dimaksud oleh hadits di atas? Tentu bukan sekedar tidur yang ditujukan hanya untuk menghabiskan waktu, menunggu waktu berbuka, atau sekedar bermalasan. Aktifitas tidur akan berpahala jika : Tidurnya akbiat kelelahan fisik kita setelah mencari rezeki halal atau diniatkan untuk persiapan menghidupkan saat malam hari dengan ibadah. Dan tentunya untuk menghindari aktifitas yang dikhawatirkan akan melanggar rambu-rambu ibadah Ramadhan, semisal menggunjing, jalan-jalan untuk cuci mata, mencuri dsb.

7.  Meninggalkan shalat tarawih tanpa halangan.
Shalat tarawih adalah ibadah sunah, tetapi bila kita kaji secara dalam, niscaya kita akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadhan minus shalat tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan sunah ini diganjar sama seperti amalan wajib. 

8.  Sering meninggalkan shalat fardhu secara berjamaah tanpa halangan (terutama laki-laki).
Hukum shalat fardhu secara berjamaah dikalangan para ulama adalah fardhu kifayah, bahkan ada yang  berpendapat bahwa hukumnya adalah fardhu ‘ain, berdasarkan kisah Rasulullah yang ingin membakar rumah kaum muslimin yang tidak berjamaah di masjid, sebagai sebuah ungkapan atas  kekecewaan beliau terhadap kaum muslimin yang enggan pergi ke masjid.  

9.  Lebih sibuk memikirkan persiapan hari raya daripada amalan puasa.
Banyak yang sibuk tentang apa yang akan dipakai di hari raya dibanding memikirkan apakah puasanya pada tahun ini diterima Allah atau tidak. Pada hari-hari puncak Ramadhan, banyak yang lebih sibuk berbelanja ini dan itu, puasa yang bermakna menahan diri, justru membongkar jati diri mereka yang sebenarnya, pribadi-pribadi “produk Ramadhan” yang begitu konsumtif, memborong apa saja yang mereka mampu beli. Tak terasa ratusan ribu bahkan jutaan rupiah mengalir begitu saja, padahal di luar Ramadhan belum tentu mereka lakukan. Sehingga perilaku hemat yang seharusnya dilakukan di bulan Ramadhan tidak dilakukan karena perilaku boros selama bulan Ramadhan. semoga sentilan  yang menyatakan orang Islam tidak konsisten dengan agamanya, karena bulan Ramadhan yang seharusnya bersemangat menahan diri dan berbagi, ternyata malah memupuk semangat terhadap hal-hal yang kurang bermanfaat dan cenderung boros. 


Uraian di atas merupakan kesalahan umum yang sering dilakukan umat manusia selama bulan Ramadhan. Dari uraian di atas mungkin masih terdapat kekeliruan lainya seperti, semakin jarang membaca Al Qur’an, semakin jarang bersedekah, tidak tertarik memburu malam Lailatul Qadar dll. Semoga Allah selalu menganugerahi kita dengan rahmat-Nya, sehingga mampu menghindari kesalahan-kesalahan yang seringkali menghinggapi mayoritas umat Islam. Amin.Sehingga pada Raamdhan tahun ini kita bisa menjalaninya dengan lebih baik dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Amin.