Alkisah, seorang anak petani miskin di Amerika Serikat
bernama Manti Robert. Dalam sebuah pelajaran sekolah, seorang guru memberi
tugas kepada seluruh siswa untuk mengarang tentang impian masing-masing. Dalam
tugas itu setiap siswa hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan
karangan mengenai impiannya. Sepulang sekolah Manti Robert kecil segera menuju
sebuah gubuk sawah di pinggiran sungai tempat di mana biasanya ia berkhayal
tentang masa depannya. Ia pun segera menuliskan secara terperinci mengenai apa
yang ia inginkan di masa yang akan datang.
Dalam karangan tersebut, Manti Robert menuliskan bahwa ia
ingin memiliki sebuah rumah mewah yang terdiri dari beberapa kamar yang terbuat
dari kayu dengan kualitas nomor satu. Rumah yang ia miliki terdapat sebuah
kolah renang disampingnya, halamannya cukup untuk menampung parkir 30 mobil,
ada ruang pertemuan yang bisa menampung seratus orang, terdapat ruang baca
(perpustakaan pribadi) lengkap dengan perangkat multi medianya. Lampu rumah
terbuat dari kaca berlapis perak yang sangat indah, di lantai atas terdapar
ruangan kosong tanpa atap untuk dapat melihat matahari terbit dan matahari
tenggelam, serta untuk menyaksikan indahnya cahaya rembulan di malah hari.
Rumah tersebut berada di sebuah komplek peternakan yang sangat luas. Dan di
dalam peternakan tersebut terdapat sebuah areal untuk pacuan kuda. Di dekat
peternakan tersebut terdapat kolam ikan yang sangat luas. Di dekat kolam ikan
terdapat kebun buah-buahan dan sayur-sayuran. Samua ia tulis secara jelas mendetail.
Semuanya sangat jelas tergambar tanpa ada satu hal pun yang samar-samar.
Setelah satu minggu mengarang, Manti Robert kecil segera
mengumpulkan karangannya kepada gurunya, karangan tersebut setebal tujuh
lembar. Beberapa hari setelah membaca karangan anak petani tersebut, sang guru
menyerahkan karangan dengan memberikan nilai “F” di sana, yang artinya “Fail”
atau gagal. Dengan terkejut Manti Robert kecil pun segera bertanya kepada sang
guru. “Guru telah memerintahkan saya untuk mengarang mengenai impian saya, dan
saya telah mengarang impian saya seperti yang telah guru perintahkan. Tapi
kenapa saya dapat nilai “F”? Sang guru tersenyum dan menjawab dengan
sinis. “Manti Robert, Anda hanya seorang anak petani, dan impianmu tidak
mumbumi, sehingga saya kasih kamu nilai “F”. Tapi, kalau kamu merubah
karangan kamu, mungkin saya akan meluluskan”.
Dengan sedih dan kebingungan Manti Robert pulang dan
mengadukan hal ini kepada ayahnya. “Ayah, saya disuruh mengarang tentang impian
saya oleh guru. Dan saya dapat nilai “F”. Apa yang harus saya lakukan?”.
Setelah membaca karangan putranya, sang ayah dengan bijaksana menjawab. “Manti
Robert, kamu adalah orang yang paling tahu tentang masa depan kamu. Dah ayah
yakin kamu akan mengambil yang terbaik demi masa depan kamu”. Setelah seminggu
memikirkan kata-kata ayahnya, Manti Robert datang kepada gurunya dengan membawa
karangannya tanpa mengubah satu kata pun. Kemudian ia berkata, “Guru, Anda
dapat mempertahankan nilai “F” Anda, dan saya akan mempertahankan impian
saya”.
Yang paling menarik dari kisah ini adalah suatu ketika
seorang anak petani miskin, bernama Manti Robert berhasil mewujudkan apa yang
ia impikan samasa sekolah. Ia berhasil memiliki rumah mewah yang di sana
terdapat kolam renang, berada di komplek peternakan, yang terdapat pacuan kuda
dan kebun buah serta sayur di sekitarnya, persis seperti yang tertulis dalam
karangannya waktu ia masih sekolah dulu. Dan suatu ketika sang guru yang
memberinya nilai “F” datang kepeternakannya, ia menyaksikan terdapat
bandel kertas yang isinya sebuah karangan Manti Robert semasa sekolah
tergantung rapi di atas perapian dan masih ada nila “F” di sana. Sang
guru pun menepuk pundak Manti Robert seraya berkata, “Manti Robert, Anda adalah
satu-satunya oarang yang telah mengingatkan saya, bahwa ternyata saya adalah
pencuri mimpi”.