Tulisan ditulis dengan berbahasa arab yang artinya:
"Hai Dahlan, sungguh di depanmu pasti kau lihat perkara
yang lebih besar dan mematikan, mungkin engkau selamat atau sebaliknya akan
tewas.
Hai Dahlan, bayangkan kau sedang berada di dunia ini
sedirian beserta Allah dan dimukamu ada kematian, pengadilan amal, surga, dan
neraka. Coba kau piker, mana yang paling mendekati dirimu selain kematian.
Mereka yang menyukai dunia bisa memperoleh dunia walaupun tanpa sekolah.
Sementara yang sekolah dengan sungguh-sungguh karena mencintai akhirat ternyata
tidak pernah naik kelas. Gambaran ini melukiskan orang-orang yang celaka di
dunia dan akhirat sebagai akibat dari tidak bisa mengekang hawa-nafsunya. Apakah
kau tidak bisa melihat orang-orang yang mempertuhankan hawa nafsu?"
Sumber:
KH. Ahmad Dahlan Berkata:
"Mengapa engkau begitu bersemangat saat mendirikan
rumahmu agar cepat selesai, sedangkan gedung untuk keperluan persyarikatan
Muhammadiyah tidak engkau perhatikan dan tidak segera diselesaikan?"
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
"Aku ini sudah tua, berusia lanjut, kekuatanku pun
sudah sangat terbatas. Tapi, aku tetap memaksakan diri memenuhi kewajibanku
beramal, bekerja, dan berjuang untuk menegakkan dan menjunjung tinggi perintah
tuhan. Aku sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa memperbaiki urusan yang
terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan adalah merupakan
kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
"Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu
perkara yang mudah. Karena itu aku senantiasa berdoa setiap saat hingga
saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi Rabbi. Aku juga berdoa
berkat dan keridlaan serta limpahan rahmat karunia Illahi agar Muhammadiyah
tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh ummat manusia sepanjang
sejarah dari zaman ke zaman."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
"Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan
Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi
Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut
ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter
sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan
(propesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan berkata:
"Mengingat keadaan tubuhku kiranya aku tidak lama lagi
akan meninggalkan anak-anakku semua sedangkan aku tidak memiliki harta benda
yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan
kuwariskan kepadamu sekalian."
"Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu
sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga
Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang
selamanya."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah.
"Usaha berjuang dan beramal tersebut aku lakukan dengan
mendirikan persyarikatan yang aku beri nama Muhammadiyah. Dengan itu aku
berharap kepada seluruh umat yang berjiwa Islam akan selalu tetap mencintai
junjungan Nabi Muhammad dengan mengamalkan segala tuntunan dan
perintahnya."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
Tidak Menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain;
tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicela
dan dikritik;
tidak sombang dan tidak berbesar hati jika menerima pujian;
tidak jubria (ujub, kikir, dan ria);
Mengorbankan harta benda, pikiran, dan tenaga dengan hati
ikhlas dan murni;
bersungguh hati terhadap pendirian.
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
Menurut pendapat KH. Ahmad Dahlan, kemunduran umat Islam
karena sebagian besar umat Islam terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam. Selain
itu disebabkan pula oleh kemerosotan akhlak sehingga penuh ketakutan seperti
kambing dan tidak lagi memiliki keberanian seperti harimau. KH. Ahmad Dahlan
berkata:
"Karena itu, aku terus memperbanyak amal dan berjuang
bersama anak-anakku sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral yang sudah
bengkok. Kusadari bahwa menegakkan akhlak dan moral serta berbagai persoalan
Islam yang sudah bengkok memang merupakan tugas berat dan sulit."
Lalu beliau melanjutkan:
"Namun demikian, jika kita terus bekerta dengan rajin
disertai kesungguhan, kemauan keras, dan kesadaran tugas yang tinggi, maka
insya Allah tuhan akan memberi jalan dan pertolongan-Nya akan segera
tiba."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan berkata :
"Hendaklah setiap warga Muhammadiyah jangan
tergesa-gesa menyanggupi suatu tugas yang ditetapkan oleh sidang persyarikatan.
Telitilah terlebih dahulu keputusan siding yang menetapkan engkau untuk
melakukan suatu tugas apakah pemenuhan tugas itu bersamaan dengan tugas yang
telah engkau sanggupi sebelumnya. Jika itu terjadi, hendaklah kau permudah
memenuhi tugas dalam waktu yang tidak bersamaan dengan tugas lainnya, agar
engkau tidak mudah mempermainkan keputusan sidang dengan hanya mengirimkan
surat atau memberi tahu ketika mendapati waktu pemenuhan tugas itu bersamaan
dengan tugas lainnya yang telah engkau snggupi sebelumnya."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan Berkata:
"Hendaklah engkau tidak gampang melibatkan diri dalam
perebutan tanah sehingga bertengkar dan berselisih, apalagi bertengkar dan
berselisih di muka pengadilan. Jika itu engkau lakukan, maka Allah akan
menjauhkanmu memperoleh rejeki dari tuhan."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
Suatu ketika, KH. Ahmad Dahlan bertanya kepada anak-anak
muda perempuan Muhammadiyah, "Apakah kamu tidak malu jika auratmu dilihat
kaum lelaki?" Anak-anak muda perempuan itu serentak menjawab bahwa mereka
akan malu sekali jika hal itu terjadi. Kiai lalu berkata: "jika kau malu,
mengapa jika kau sakit lalu pergi ke dokter laki-laki, apalagi ketika hendak
melahirkan anak. Jika kau memang benar-benar malu, hendaknya kau terus belajar
dan belajar dan jadilah dokter sehingga akan ada dokter perempuan untuk kaum
perempuan!"
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan Berkata:
"Di masa yang akan datang, anak-anak warga Muhammadiyah
tidak hanya akan tersebar di seantero tanah air, tapi akan tersebar ke seluruh
dunia. Penyebaran anak-anak muda Muhammadiyah tersebut juga bukan semata-mata
karena tugas keilmuan, melainkan juga akibat hubungan perkawinan."
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.
"Jika engkau meminta izin tidak melakukan suatu
pekerjaan yang telah ditetapkan oleh suatu keputusan sidang persyarikatan
seperti untuk bertabligh, janganlah engkau meminta izin kepadaku, tapi
memintalah izin kepada Tuhan dengan mengemukakan alasan-alasan. Beranikah
engkau mempertanggungjawabkan tindakanmu itu kepada-Nya?"
"Jika engkau meminta izin tidak memenuhi tugas tersebut
karena alasan tidak mampu, maka beruntunglah engkau! Aku akan mengajarkan
kepadamu bagaimana memenuhi tugas tersebut. Tapi, jika engkau meminta izin
tidak memenuhi tugas tersebut hanya karena sekedar enggan, maka tiadalah orang
yang bisa mengatasi seseorang yang memang tidak mau memenuhi tugas. Janganlah
persoalan rumah tangga dijadikan halangan memenuhi tugas kemasyarakatan!"
Sumber:
Mulkhan, Munir, Prof. Dr. SU. 2007. Pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah.