Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah merupakan bagian dari AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah)
yang merupakan organisasi otonom di bawah Muhammadiyah.
Sesungguhnya ada dua faktor integral yang melandasi kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, yaitu faktor intem dan fakor ekstem. Faktor intem dimaksudkan
yaitu faktor yang terdapat didalam diri Muhammadiyah itu sendiri, sedangkan
fakor ekstern adalah faktor yang berawal dari luar Muhammadiyah, khususnya umat
Islam di Indonesia dan pada umumnya apa yang terjadi di Indonesia.
Faktor intern, sebenarnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealismse, yaitu
motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita cita Muhammadiyah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah
organisasi yang punya cita-cita atau tujuan yakni menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang
diridloi oleh Allah SWT. Hal ini termaktub dalam AD Muhammadiyah Bab II pasal
3. dan dalam merefleksikan cita-citanya ini, Muhammadiyah mau tidak mau harus
bersinggungan dengan masyarakat bawah (jelata) atau masyarakat heterogen. Ada
masyarakat petani, pedagang, peternakan dan masyarakat padat karya dan ada
masyarakat administratif dan lain sebagainya yang juga termasuk didalamnya
masyarakat kampus atau intelektual yaitu Masyarakat Mahasiswa.
Persinggungan Muhammadiyah dalam maksud dan tuiuannya, terutama terhadap masyarakat
mahasiswa, secara teknisnya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan
mempengaruhi mahasiswa yang berarti orang-orang Mahasiswa, khususnya para
mubalighnya yang langsung terjun ke mahasiswa. Tapi dalam hal ini Muhammadiyah
memakai teknis yang jitu yaitu dengan menyediakan yang memungkinkan menarik
animo atau simpati mahasiswa untuk memakai fasilitas yang telah disiapkan.
Pada mulanya para mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-jejak
Muhammadiyah oleh Muhammadiyah dianggapnya cukup bergabung dalam organisasi
otonom yang ada dalam Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah (PM) Yang
diperuntukkan pada mahasiswa dan Nasyi'atul Aisyiyah (NA) untuk mahasisiwi yang
lahir pada 27 Dzulhijjah 1349 H dan Pemuda pada tanggal 25 Dzulhiijjah 1350 H.
Anggapan Muhammadiyah tersebut lahir pada saat-saat Muhammadiyah bermuktamar
ke-25 di Jakarta pada tahun 1936 Yang pada saat itu dihembuskan pula cita-cita
besar Muhammadiyah untuk mendirikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan
pada saat itu pula Pimpinan Pusat (PP) Yang dipegang oleh KH. Hisyam (periode
1933-1937). Dan pada dikatakan bahwa anggapan dan pemikiran mengenai perlunya
menghimpun mahasiswa yang sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu sejak konggres
ke-25 tersebut.
Namun demikian keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa Muhammadiyah
pada saat itu masih vakum, karena pada waktu itu Muhammadiyah masih belum
memiliki Perguruan Tinggi seperti yang diinginkannya sehingga para mahasiswa
yang berada di Perguruan Tinggi lain baik negeri ataupun swasta yang sudah ada
pada waktu itu secara ideologi tetap berittiba' pada Muhammadiyah dalam kondisi
tetap mereka harus mau bergabung dengan PM, NA ataupun Hizbul Wathon (HW). Pada
perkembangan keberadaan mereka yang berada dalam ketiga organisasi otonom
tersebut merasa perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa yang secara khusus
anggotanya terdiri dari mahasiswa Islam. Alternatif yang mereka pilih yaitu
bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan ada image waktu itu yang
menyatakan bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah yang diberi tugas khusus untuk
membawa mahasiswa dalam misi dan visi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, karena
waktu itu ditubuh HMI sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang
secara aktif mengelola HMI.
Pada waktu itu Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengelolai HMI baik dari
segi moral ataupun material, sampai belakangan ini menurut data-data yang ada
di PP Muhammadiyah menyatakan bahwa Muhammadiyah (terutama PTM dan RS Sosial)
secara materiil turut membiayai hampir setiap aktifitas HMI baik mulai dari
tingkat konggres sampai aktifitas sehari -hari. Disinilah sekali lagi bukan HMI
yang turut menelorkan tokoh-tokoh Muhammadiyah tapi sebaliknya bahwa
Muhammadiyah yang dulu ikut aktif membesarkan HMI. Mengapa hal itu dilakukan?
Jawabannya seperti dikemukakan diatas, yaitu bahwa HMI diharapkan akan tetap
konsisten dengan faham keagamaan yang diilhami oleh Muhammadiyah. Namun pada
perkermbangannya dahulu mengalami perubahan-perubahan khususnya dalam
independensi diinginkan oleh Muhammadiyah oleh Muhammadiyah lebih cenderung
liberal dalam segala dalam segala aliran yang ada dalam teologi Islam boleh
mewarnai tubuh HMI aliran-aliran Asy'ariyah (cenderung menghidupkan kembali
sunnah-sunnah rosul), aliran syi'ah (yang cenderung mengkultuskan syaidina Ali
bin Abi Tholib r.a), Mu'tazilah, nasionalisme, sekularisme, pluralisme lainnya.
Sementara dalam Muhammadiyah tidaklah independensi Muhammadiyah ditekankan pada
berpendapat namun masih dalam konteks wacana Islam masih tetap berideologi
Al-quran dan As-sunnah dalam Muhammadiyah tidak mengenal madzab-madzab yang ada
seperti madzab Syafi`i, Hambali dan Maliki.
Melihat fenomena diatas, HMI yang kian melesat kealam berideologi tersebut maka
dengan diplomasinya pihak PP Muhammadiyah mengeluarkan suatu policy atau
kebijakan yaitu menyelamatkan kader-kader Muhammadiyah yang masih berada
dijenjang pendidikan menengah atau Pendidikan Tinggi.
Pada tanggal 18 Nopember 1955 keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan PTM ini,
PP Muhammadiyah melalui struktur kepemimpinannya membentuk departemen pelajar
dan mahasiswa yang menampung aspirasi aktif dari para pelajar dan mahasiswa.
Maka pada saat Muktamar Pemuda Muhammadiyah pertama di Palembang tahun 1956 di
dalam keputusannya menetapkan langkah ke depan Pemuda Muhammadiyah tahun
1956-1959 dan dalam langkah ini ditetapkan pula usaha untuk menghimpun pelajar
dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga
Muhammadiyah yang mampu mengemban amanah.
Untuk lebih merealisasikan usaha PP Pemuda Muhammadiyah tersebut maka lewat
KOPMA (Konferensi Pimpinan Daerah Muhammadiyah) se-Indonesia pada tanggal 5
Shafar 1381/18 Juli 1962 di Surakarta, memutuskan untuk mendirikan IPM (Ikatan
Pelajar Muhammadiyah). PP Pemuda Muhammadiyah pada saat KONPIDA ini masih belum
berhasil melahirkan organisasi khusus Mahasiswa Muhammadiyah. Pada saat itu
nasib boleh duduk dalam kepengurusan IPM.
Sehubungan dengan semakin berkembangnya PTM yang dirintis oleh Fakultas Hukum
Dan Filsafat di Padang Panjang yang berdiri pada tanggal 18 Nofember 1955 namun
karena peristiwa pemberontakan PRRI kedua fakultas tersebut vakum, kemudian
berdiri di Jakarta PT Pendidikan guru yang kemudian berganti nama menjadi IKIP.
Pada tahun 1958 dirintis fakultas serupa di Surakarta, di Yogyakarta berdiri
akademi Tabligh Muhammadiyah dan di Jakarta berdiri pula FIS (Fakultas Ilmu
Sosial) yang sekarang UMJ. Karena semakin berkembangnya PTM-PTM yang sudah ada
maka pada tahun 1960-an ide-ide untuk menangani khusus mahasiswa Muhammadiyah
semakin kuat.
PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan Muktamar ke-I di Palembang
(1956) dibebani tugas untuk menampung aspirasi aktif para Mahasiswa
Muhammadiyah, segera membentuk Study Group yang khusus Mahasiswa yang berasal
dari Malang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Padang, Ujung Pandang dan Jakarta.
Menjelang Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta tahun 1962 mengadakan
kongres Mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta dan dari kongres ini semakin
santer upaya para tokoh Pemuda untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan untuk
berdiri sendiri. Pada 15 Desember 1963 mulai diadakan pejajagan dengan
didirikannya Dakwah mahasiswa yang dikoordinir oleh : Ir. Margono, Dr. Sudibjo
Markoes dan Drs. Rosyad Saleh. Ide pembentukan ini berasal dari Drs. Moh.
Djazman yang waktu itu sebagai Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Dan sementara
itu desakan agar segera membentuk organisasi khusus mahasiswa dari berbagai
kota seperti Jakarta dengan Nurwijo Sarjono MZ. Suherman, M. yasin, Sutrisno
Muhdam, PP Pemuda Muhammadiyah dll-nya.
Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah waktu itu diketuai oleh H.A. Badawi,
dengan penuh bijaksana dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk
Mahasiswa Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator
dengan anggota M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh, Soedibjo Markoes, Moh. Arief
dll.
Jadi Pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM adalah Drs.
Moh. Djazman Al-kindi yang juga merupakan koordinator dan sekaligus ketua
pertama. Muktamar IMM yang pertama pada 1-5 Mei 1965 di kota Barat, Solo dengan
menghasilkan deklarasi yang dibawah ini
- IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam
- Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM
- Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (sebagai stabilisator dan dinamisator).
- Ilmu adalah amaliah dan amal adalah Ilmiah IMM.
- IMM adalah organisasi yang syah-mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku.
- Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Faktor Ekstern, yaitu sebagaimana yang tersebut diatas baik yang terjadi
ditubuh umat Islam sendiri ataupun yang terjadi dalam sejarah pergolakan bangsa
Indonesia, yang terjadi dimasyarakat Indonesia pada zaman dahulu hingga
sekarang adalah sama saja, yaitu kebanyakan mereka masih mengutamakan budaya
nenek moyang yang mencerminkan aktifitas sekritistik dan bahkan anemistik yang
bertolak belakang dengan ajaran Islam murni khususnya dan tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal semacam ini memunculkan signitifitasi (bias)
yang begitu besar, utamanya pada kalangan mahasiswa Yang memiliki kebebasan
akademik dan Seharusnya memiliki pola pikir yang jauh, namun karena dampak
budaya masyarakat yang demikian membumi, mereka akan menjadi jumud dan
mengalami kemunduran.
Pergolakan OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) atau Organisasi Mahasiswa
periode 50 sampai 65-'an terlihat menemui jalan buntu untuk mempertahankan
indpendensi mereka dan partisipasi aktif dalam pasca Proklamasi (era
kemerdekaan) RI. hal ini terlihat sejak pasca Konggres Mahasiswa Indonesia pada
8 Juli 1947 di Malang Jawa Timur, yang terdiri dari HMI, PMKRI, PMU, PMY, PMJ,
PMKH, MMM, SMI, yang kemudian berfusi (bergabung) menjadi PPMI (Perserikatan
Perhimpunan-perhimpunan Mahasiswa Indonesia). PPMI pada mulanya tampak kompak
dalam menggalang persatuan dan kesatuan diantara mahasiswa, namun sejak PPMI
menerima anggota baru pada tahun 1958 yaitu CGMI yang berkiblat dan merupakan
anak komunis akhirnya PPMI mengalami keretakan yang membawa kehancuran. PPMI
secara resmi membubarkan diri pada Oktober 1965.
Sebenamya PPMI sebelum membubarkan diri, sekitar tahun 1964-1965 masing-masing
organisasi yang berfusi dalam PPMI itu saling berkompetisi dan sok revolosioner
untuk merebut pengaruh para penguasa waktu itu, termasuk juga Bung Karno Yang
tak luput dari incaran mereka. Hal ini diakibatkan karena masuknya CGMI kedalam
PPMI yang seakan mendapatkan legitimasi dari pihak penguasa waktu itu sehingga
CGMI (PKI) terlihat besar. HMI pun saat itu juga merevolosionerkan diri menjadi
sasaran CGMI (PKI), sehingga HMI hampir rapuh akibat ulahnya sendiri, karena
pada saat itu PKI merupakan partai terbesar dan pendukungnya selalu meneriakkan
supaya HMI dibubarkan. HMI melihat kondisinya yang rawan tidak tinggal diam,
dengan segala upaya untuk mengembangkan sayap dan memperkokohnya, HMI kembali
berusaha mendapatkan legitimasi kesana-kemari untuk menangkal serangan dari PKI
yang berusaha membubarkannya.
Pada saat HMI semakin terdesak itulah IMM lahir, yaitu pada tanggal 14 Maret
1964. Inilah sebabnya, ada stereotype atau persepsi yang muncul ke permukaan
bahwa IMM lahir sebagai penampung anggota-anggota HMI manakala HMI dibubarkan oleh
PKI maka IMM tidak perlu lahir. Namun persepsi yang terputar itu tidak rasional
dan kurang cerdas dalam menginterprestasi fakta dan data sejarah.
Interprestasi Yang benar dan rasional sesuai dengan data dan fakta sejarah
adalah IMM salah satu faktor historisnya adalah untuk membantu eksistensi HMI
agar tidak mempan atas usaha-usaha yang akan membubarkannya. Sekali lagi bahwa
kelahiran IMM untuk membantu dan turut Serta mempertahankan HMI dari usaha-
usaha komunis yaitu PKI Yang akan membubarkannya dan sesuai dengan sifat IMM
itu sendiri yang akan selalu bekerjasama dan saling membantu dengan saudaranya
(saudaranya seaqidah Islam) dalam upaya beramar ma'ruf nahi mungkar Yang
merupakan prinsip perjuangan IMM.
Itulah sekilas kelahiran IMM yang sampai sekarangpun masih ada oknum-oknum yang
mempersoalkannya (walaupun sudah terbit buku Yang menangkal isu tersebut dengan
judul 'Kelahiran Yang Dipersoalkan oleh Farid Fatoni). Dan sekarang kita telah
tahu bahwa IMM lahir memang merupakan suatu kebutuhan Muhammadiyah dalam
mengembangkan sayap dakwahnya dan sekaligus merupakan suatu aset bangsa untuk
berpartisipasi aktif dalam kemerdekaan ini.
Karena IMM merupakan suatu kebutuhan intern dan ekstern itu pulalah, maka
tokoh-tokoh PP Pemuda Muhammadiyah yang berawal dari HMI kembali ke IMM sebagai
anak atau ortom Muhammadiyah. Mereka yang dulu turut mengembangkan HMI
disebabkan karena IMM belum lahir dan keterlibatan mereka dalam tubuh HMI hanya
sebatas mengembangkan ldeologi Muhammadiayah. Dan sampai sekarangpun HMI masih
dimasuki oleh kalangan mahasiswa dari berbagai unsur ormas Islam, yang pada
akhimya berbeda dengan orientasi Muhammadiyah. Mungkin, untuk menangkal klaim
seperti tersebut PP Pemuda Muhammadiyah diatas, adalah bahwa Para aktifis akan
berdirinya IMM & NA Yang berusaha mengusahakan berdirinya IMM tidak
terlibat dalam aktifitas HMI secara langsung maupun tidak langsung. Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah benar-benar murni didirikan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Yang pada waktu itu diketuai oleh Bapak H.A. Badawi.